ARTIKEL BERSIKAP ILMIAH
Sikap Ilmiah
Bahasa
yang dipakai di kampus/sekolah adalah bahasa ilmiah. Maka, ketika seorang
mahasiswa/siswa/dosen/guru berbahasa Indonesia, maka sejatinya ia sedang
bersikap ilmiah. Dalam berbagai buku pelajaran dan buku teks kuliah, bahasa
pengantar yang dipakai adalah bahasa Indonesia. Pada referensi tertentu, masih
ada yang menggunakan bahasa asing seperti Inggris, namun dalam proses
belajar-mengajar, umumnya bacaan dalam bahasa asing itu di-“bumikan” dengan
bahasa Indonesia agar mudah dimengerti.
Sikap
ilmiah berbahasa Indonesia dalam kita lihat pada dua hal:lisan dan tulisan.
Saat seseorang menulis, maka ia menggunakan bahasa Indonesia yang baku. Bagi
penulis tertentu, seperti Emha Ainun Nadjib, bahasa baku kadang tidak
diindahkannya. Ia kemudian bermain-main dengan teks, dan menghasilkan kata-kata
tertentu yang menarik dan populer. Jadi, ada eksperimentasi dalam proses
menulisnya. Namun, secara umum, dalam bahasa tulisan kita perlu lebih banyak
menggunakan bahasa Indonesia, karena inilah identitas bangsa.
Dalam
bahasa lisan, kita bisa melihat pada bagaimana seseorang berbicara. Seorang
aktivis mahasiswa biasanya sering mengadakan eksperimen dalam berbicara
menggunakan bahasa baku (bahkan pada titik tertentu, ada yang terlalu “ilmiah”
dan berat sehingga sulit untuk dimengerti). Namun, karena ini adalah eksperimen
dalam berbahasa, jadi tidak ada masalah.
Sikap ilmiah yang dimaksud
adalah sikap yang seharusnya dimiliki oleh seorang peneliti. Untuk dapat
melalui proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula, peneliti harus
memiliki sifat-sifat berikut ini.
1.
Mampu Membedakan Fakta dan
Opini
Fakta adalah suatu kenyataan yang disertai bukti-bukti
ilmiah dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, sedangkan opini adalah pendapat
pribadi dari seseorang yang tidak dapat dibuktikan kebenarannya sehingga di
dalam melakukan studi kepustakaan, seorang peneliti hendaknya mampu membedakan
antara fakta dan opini agar hasil penelitiannya tepat dan akurat serta dapat
dipertanggungjawabkan
kebenarannya.
kebenarannya.
2.
Berani dan Santun dalam
Mengajukan Pertanyaan dan Argumentasi
Peneliti yang baik selalu mengedepankan sifat rendah hati
ketika berada dalam satu ruang dengan orang lain. Begitu juga pada saat bertanya,
berargumentasi, atau mempertahankan hasil penelitiannya akan senantiasa menjunjung
tinggi sopan santun dan menghindari perdebatan secara emosi. Kepala tetap
dingin, tetapi tetap berani mempertahankan kebenaran yang diyakininya karena
yakin bahwa pendapatnya sudah dilengkapi dengan fakta yang jelas sumbernya.
3.
Mengembangkan Keingintahuan
Peneliti yang baik senantiasa haus menuntut ilmu, ia selalu
berusaha memperluas pengetahuan dan wawasannya, tidak ingin ketinggalan
informasi di segala bidang, dan selalu berusaha mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan yang semakin hari semakin canggih dan modern.
4.
Kepedulian terhadap
Lingkungan
Dalam melakukan penelitian, peneliti yang baik senantiasa
peduli terhadap lingkungannya dan selalu berusaha agar penelitian yang dilakukannya
membawa dampak yang positif bagi lingkungan dan bukan sebaliknya, yaitu justru
merusak lingkungan. Semua usaha dilakukan untuk melestarikan lingkungan agar bermanfaat
bagi generasi selanjutnya.
Pendapat
seorang peneliti yang baik selalu bersifat ilmiah dan tidak mengada-ada tanpa bukti yang
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Disamping itu, peneliti juga harus kritis terhadap permasalahan yang terjadi dan berkembang di
sekitarnya.
6. Berani Mengusulkan Perbaikan atas Suatu
Kondisi dan Bertanggung Jawab terhadap Usulannya
Peneliti
yang baik senantiasa berani dan bertanggung jawab terhadap konsekuensi yang harus
dihadapinya jika sudah mengusulkan sesuatu.
Usulan tersebut selalu diembannya dengan baik dan dilaksanakan semaksimal mungkin, kemudian diwujudkannya
dalam bentuk nyata sehingga hasilnya
dapat dinikmati oleh orang lain.
7. Bekerja Sama
Dalam
kehidupan sehari-hari, peneliti yang baik mampu bekerja sama dengan orang lain dan
tidak individualis atau mementingkan diri sendiri.
Ia meyakini bahwa dirinya tidak dapat hidup tanpa bantuan orang lain sehingga keberadaannya senantiasa diharapkan
oleh orang lain.
8. Jujur terhadap Fakta
Peneliti
yang baik harus jujur terhadap fakta dan tidak boleh memanipulasi fakta demi
kepentingan penelitiannya karena penelitian yang baik harus berlandaskan pada studi kepustakaan yang benar agar
kelak jika orang lain melakukan penelitian yang
sama, didapatkan hasil yang sama pula.
Apa pun fakta yang diperolehnya, ia harus yakin bahwa itulah yang sebenarnya.
9.
Tekun
Sebuah
penelitian kadang kala memerlukan waktu yang pendek untuk menghasilkan sebuah
teori, tetapi kadang kala memerlukan waktu yang
sangat lama, bahkan bertahun-tahun. Seorang peneliti yang baik harus tekun dalam penelitian yang dilakukannya, tidak
boleh malas, mudah jenuh, dan ceroboh,
juga harus rajin, bersemangat, serta tidak mudah
putus asa. Dengan demikian, ia akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Nama :
Sarina Hongland.M
Npm :
16210388
Kelas :
3EA21
Tugas 3 Bahasa Indonesia 2# tentang “Artikel Bersikap Ilmiah”
Sumber:
http://wawasanfadhitya.blogspot.com/2012/02/bersikap-ilmiahmateri-biologi-kelas-10.html#ixzz2V3WhGzUH
Tidak ada komentar:
Posting Komentar